Ayam Goreng Jawa Mbah Cemplung
Mendengar kata Semanggi banyak orang
mengidentifikasi dengan jembatan yang melingkar dengan kepadatan arus
lalu lintas yang ramai sepanjang hari. Sebagai salah satu karya
fenomenal di era Presiden Soekarno, pembangunan jembatan Semanggi
merupakan satu paket dengan pembangunan fasilitas lain menyambut
perhelatan Asian Games tahun 1962. Beberapa bangunan lain yang dibangun
serentak antara lain Gelora Senayan (sekarang bernama Gelora Bung
Karno), Hotel Indonesia, dan lain sebagainya. Jembatan itu sendiri
dimulai pembangunannya tahun 1961.
Jangan salah duga dengan judul diatas,
Semanggi di sini adalah nama dari sebuah sendang atau situ yang tidak
jauh dari lokasi Warung Ayam Goreng Mbah Cemplung. Sendang Semanggi
secara administratif masuk wilayah Dusun Sembungan, Bangungjiwo,
Kasihan, Bantul. Warung Ayam Goreng Mbah Cemplung ini berdiri sekitar
tahun 1980an. Asal muasal nama Mbah Cemplung itu sendiri merupakan
sapaan akrab dari Mbah Rejoinangun –sang pemilik warung makan- yang berasal dari Kampung Cemplung yang tidak jauh dari lokasi beliau berjualan.
Jalan masuk menuju warung makan Mbah
Cemplung kita akan disambut pepohonan rindang di samping kanan kiri
sebagai pelindung alami dari sinar matahari yang seakan-akan menjadi
pertanda perut kita akan terlindungi dari rasa penasaran yang membuat
kita menjadi lapar. Sampai di lokasi saya melihat para petugas parkir
sibuk mengatur laju kendaraan para pengunjung baik yang keluar dan
masuk. Sesampainya di dalam, saya bersama teman-teman hanya bisa menoleh
kanan-kiri untuk melihat meja yang kosong untuk kita tempati. Salah
satu teman kami berinisiatif duduk di meja yang menunjukkan tanda-tanda
kosong untuk memastikan kami mendapat tempat untuk bersantap bersama.
Kurang lebih 15 menit menunggu, dua
buah porsi ayam dan nasi datang disertai tujuh gelas tergelar di meja
hadapan kami. Satu persatu gelas telah berada di tangan kami
masing-masing, tidak ketinggalan pula satu persatu tangan kami mulai
memotong, mengiris hidangan ayam serta periuk nasi berpindah dari satu
tangan ke tangan yang lain.
Ayam
goreng Mbah Cemplung sekilas tampak tidak ada perbedaan dengan yang
lain, dari cara pengemasan, penyajian dan bentuk. Menurut Mas Dayat
-cucu pertama mbah Cemplung- cita rasa asin dan gurih menjadi pembeda
ayam goreng mbah cemplung tidak hanya kepada jenis makanan yang sama
melainkan kepada rasa masakan yang lain.
“Kuliner Jogja cenderung memiliki rasa
yang seragam yaitu manis, dari situ kami mencoba rasa yang lain dan
alhamdulillah banyak orang yang cocok dengan resep kami,” ungkapnya.
“Selain itu kami juga melakukan dua
kali perebusan untuk setiap potong ayam sebelum masuk ke penggorengan.
Setelah ayam dipotong, kemudian direbus, ditiriskan semalam, paginya
kita rebus setelah itu untuk kedua kalinya, langsung masuk
penggorengan,” jelasnya.
Melewati proses dua kali perebusan,
membuat olahan ayam di warung ini terkenal empuk dengan citarasa yang
khas. Pemilik warung sengaja memilih ayam kampung kemanggang atau dhere
yang umurnya sekitar 3 bulanan dengan berat di atas 1 kilogram. Ayam
kampung yang terkenal memiliki tekstur lebih keras dibandingkan dengan
ayam potong terasa sangat empuk ketika disajikan di warung ini.
Ukuran potongan daging ayam kampung
memang tak sebesar daging ayam potong tetapi sudah cukup mengenyangkan
makan siang anda. Ayam Goreng Mbah Cemplung disajikan bersama sambal
pedas dan nasi mengepul yang menambah selera makan. Selain ayam, ada
juga tempe bacem. Tidak ada sayur, hanya irisan ketimun. Anda dapat
memilih sambal matang atau sambal mentah sebagai teman santap.
Warung Ayam Goreng Mbah Cemplung adalah
tempat yang menarik untuk menghabiskan waktu santap siang. Selain anda
dapat membeli kerajinan di Kasongan, anda bisa mendapatkan makan siang
di sini. Tetapi anda harus bersabar untuk dapat menikmati sajian ayam
goreng karena banyaknya pelanggan setiap harinya. Warung ini dibuka pada
jam delapan pagi sampai empat sore. Sekali anda menikmati sajian ayam
goreng Mbah Cemplung, anda akan ketagihan untuk kembali berkunjung ke
warung ini. Bukan tentang ukuran ayam, tetapi tentang rasa kelezatannya. (foto&teks:aanardian/www.kotajogja.com)
Komentar
Posting Komentar