8 PEBALAP YANG TEWAS DI ARENA BALAP


Olahraga memang nggak cuma bikin badan sehat dan bugar tapi juga memacu adrenalin hingga batas maksimum. Salah satu olahraga yang terbukti memompa adrenalin hingga batas maksimum adalah olahraga otomotif atau yang bahasa singkatnya Autosport. Olahraga otomotif baik roda dua maupun roda empat tak kalah memukau dan menarik perhatian dibandingkan olahraga lain seperti sepakbola, basket,dan lainnya. Pebalap yang menguji adrenalin di arena akan menarik banyak penggemar dan bahkan dipuja layaknya selebritas dunia kalau mereka berhasil menggenggam gelar World Champion alias juara dunia. Namun namanya juga olahraga ekstrem, nggak lepas dari yang namanya risiko yang sangat tinggi. Tak jarang banyak pebalap yang justru mengalami cedera serius bahkan beberapa diantaranya harus meregang nyawa di arena balap. Berikut gue tampilin 8 Pebalap yang Tewas di Arena Balap.

1. Gilles Villeneuve (18 Januari 1950 - 8 Mei 1982)
A
AA
    
      


Joseph Gilles Henri Villeneuve atau yang lebih dikenal dengan nama Gilles Villeneuve dan juga dikenal dengan inisial "GV" adalah seorang pembalap Formula 1 (F1) asal Kanada dan juga ayah dari Jacques Villeneuve yang mengikuti jejaknya sebagai pembalap. Ia memulai karier balapnya profesionalnya di turnamen snowmobile di tanah kelahirannya di Quebec, Kanada. Kariernya di arena balapan open wheel dimulai di arena Formula Atlantik di Kanada dan Amerika Serikat di tahun 1976, sebelum akhirnya dipinang oleh McLaren di ajang Formula 1 untuk berlaga di GP Inggris di tahun 1977. Kemudian ia direkrut oleh Ferrari hingga akhir musim. Ia memulai kariernya di F1 secara penuh di musim 1978 sampai kematiannya di tahun 1982. Ia memenangkan enam balapan selama kariernya di F1. Pada tahun 1979, ia berada di posisi kedua klasemen dengan selisih empat poin dari rekan setimnya yang menjadi juara dunia yaitu Jody Scheckter

Pada 1982, Villenueve melakukan kualifikasi untuk Grand Prix Belgia di sirkuit Zolder saat ia menabrak sebuah mobil yang melambat dan membuat mobilnya melenting kencang dengan kecepatan 120 hingga 140 mil per jam. Mobilnya lalu menghujam dan terguling-guling. Villenueve terlempar dan tersangkut di pagar. Sebuah sirkuit di Kanada, Ile Notre-Dame Montreal mengubah namanya jadi sirkuit Gilles Villenueve setelah insiden itu sebagai tanda penghormatan. Anaknya, Jacques Villeneuve masih bisa membuat mendiang ayahnya tersenyum bangga saat menjadi juara dunia 1997. Bahkan Jacques pun membuatkan lagu khusus untuk sang ayah berjudul “Father” yang ia nyanyikan dalam album musiknya. 


2. Ayrton Senna (21 Maret 1960 - 1 Mei 1994)

Ayrton Senna da Silva atau orang lebih mengenalnya dengan nama Ayrton Senna adalah mantan pembalap profesional di ajang Formula 1 (F1) asal Brasil dan dia adalah juara dunia F1 di tahun 1988, 1990, dan 1991. Ayrton Senna pernah membela empat tim berbeda dari Toleman, Lotus, McLaren, dan Williams. Berpasangan dengan juara dunia Alain Prost di McLaren pada tahun 1988 dan di tahun itu pula, Senna meraih gelar juara dunia pertamanya. Perseteruannya dengan Alain Prost sendiri kerap dikenang sebagai perseteruan terhebat dan terpahit sepanjang sejarah F1. Ayrton Senna juga pernah berseteru dengan Nigel Mansell dan rekan senegaranya, Nelson Piquet. 

Ayrton Senna terkenal dengan julukan The Rain Man karena ia sangat handal mengendalikan mobil Formula di sirkuit basah. Ini terbukti di GP Monaco 1984 dimana ia memanfaatkan kondisi mobilnya yang kurang mumpuni dan mampu finish di posisi kedua. Ayrton Senna juga kesohor dengan julukan Master of Monaco karena sepanjang karier balapnya, ia berhasil membukukan 6 kali kemenangan di GP Monaco. Kehebatan Senna lainnya adalah dia sangat piawai dalam kualifikasi. Dia mencatat 65 kali posisi start terdepan dalam 162 balapan sebelum dipecahkan oleh Michael Schumacher yang mencatat 65 kali start terdepan dalam 236 balapan. Kemenangan di GP Brazil tahun 1991 dan GP Jepang tahun 1988 merupakan beberapa contoh penampilan terbaiknya. Sepanjang kariernya, Senna telah memenangi 41 Grand Prix. 

Sayang sekali, akhir kariernya sungguh tragis, bro 'n sis. Pada GP San Marino yang berlangsung di sirkuit Imola pada 1 Mei 1994. Ayrton Senna yang saat itu membela tim Williams-Renault mengalami kecelakaan yang sangat fatal di tikungan Tamburello saat tengah memimpin balapan. Ayrton Senna saat itu mulai hilang kendali dan mobilnya keluar jalur dan menabrak dinding pembatas dengan kecepatan 135 mil per jam. Kemudinya menghujam helm-nya membuat tulangnya patah. Ironisnya, tim penyelamat menemukan bendera Austria tergulung di mobilnya. Senna berencana mengibarkan bendera itu untuk menghormati pebalap Austria Roland Ratzenberger yang tewas di sirkuit yang sama pada sesi kualifikasi. 

Saat pemakamannya, rival Senna, Alain Prost hadir bersama 3 juta warga Brasil. Pemerintah Brasil bahkan menetapkan 3 hari berkabung nasional atas kematian Senna yang tragis.

3. Dale Earnhardt, Sr. (29 April 1951 - 18 Februari 2001) 
    
Ralph Dale Earnhardt, Sr. atau orang lebih mengenalnya dengan nama Dale Earnhardt, Sr. atau singkatnya Dale Sr. merupakan seorang pebalap profesional asal Amerika Serikat. Dia adalah pebalap legenda di ajang NASCAR (National Association of Stock Car Auto Racing). Dale Sr. memang sangat kesohor di era 1980-an hingga era 1990-an. Ia memenangi 76 balapan NASCAR, termasuk diantaranya satu kemenangan Daytona 500 tahun 1998. Ia juga menjuarai NASCAR sebanyak 7 kali bahkan menyamai rekor serupa yang dicetak oleh legenda NASCAR lainnya, Richard Petty. Dale Earnhardt, Sr. juga terkenal dengan caranya memenangkan balapan, termasuk dengan mengintimidasi lawannya sekalipun. Maka tak salah jika ia mendapat julukan "The Intimidator".

Saat lomba Daytona 500 pada tahun 2001, Earnhardt memulai lomba dengan percaya diri dan rileks. Earnhardt memimpin lomba membelakangi pebalap lain. Hingga, saat tiga putaran terakhir terjadi tabrakan beruntun. Entah kenapa, mobil Earnhardt berbelok. Bagian kiri belakang mobilnya menyentuh mobil lain.

Saat itu, mobil Earnhardt kehilangan kendali. Mobilnya kemudian ditabrak pebalap lainnya, yakni Ken Schrader tepat di pintu kemudi, membuatnya membentur dinding pembatas dengan hidung mobil duluan yang menghantam. Dengan kecepatan 160 mil per jam tabrakan itu berakibat fatal. Earnhardt dinyatakan meninggal sehari setelah lomba. Kini kejayaan trah Earnhardt di ajang NASCAR coba diteruskan oleh anaknya,Dale Earnhardt, Jr. 

4. Dan Wheldon (22 Juni 1978 - 16 Oktober 2011)
    
Daniel Clive Wheldon atau yang lebih dikenal dengan nama Dan Wheldon adalah pebalap profesional asal Inggris dan merupakan juara Indy Car 2005 dan juara dua kali turnamen legendaris Indianapolis 500 di tahun 2005 dan 2011. Sepanjang karier balapnya di ajang Indy Car, Dan Wheldon tercatat pernah membela 4 tim berbeda yakni, Panther Racing, Andretti Green Racing, Chip Ganassi Racing, dan Bryan Herta Autosport/Sam Schmidt Motorsports. Karier balapnya diawali dengan mengikuti kejuaraan karting lokal saat usia 4 tahun. Saat memasuki balapan single seater, ia memulai perseteruan dengan Jenson Button hingga akhirnya ia hijrah ke Amerika Serikat untuk melanjutkan karier balapnya. 

 Dan Wheldon meninggal dunia setelah mobilnya mengalami kecelakaan maut di sirkuit Las Vegas Motor Speedway, Las Vegas, AS, Minggu, 16 Oktober silam. Wheldon terlibat pada kecelakaan melibatkan 15 mobil di lap ketigabelas, mobil balap Townsend Bell yang dikemudikanya melayang ke atas dan hancur berantakan di lintasan sirkuit akibat tabrakan hebat dengan beberapa mobil balap lain. Upaya menyelamatkan jiwanya dengan menerbangkan dengan helikopter ke rumah sakit University Medical Center di Las Vegas gagal, Wheldon diumumkan meninggal dunia akibat luka parah beberapa saat setelah tiba di rumah sakit.

5. Daijiro Kato (4 Juli 1976 - 20 April 2003)

Daijiro Kato adalah mantan pebalap MotoGP asal Jepang yang meraih gelar juara dunia kelas GP250(sekarang Moto2) di tahun 2001 dan juara balap ketahanan Suzuka 8 Hours di tahun 2000 dan 2002. Pria kelahiran Saitama ini sudah mengenal arena balap roda dua pada usia 3 tahun. Pada tahun 1979, ia mulai terlatih membesut pocket bike dan pada usia 5 tahun ia mulai bertanding di ajang balap pocket bike dan sering menyabet gelar juara. Saat usia 11 tahun ia mulai berlomba dengan mengendarai motor minibike, dan berhasil menjuarai semua kelas yang dilombakan di daerahnya. Tahun 1998, ia mulai bertempur di GP250 sebagai pebalap wild card di GP Jepang dan berhasil menjuarainya. Pada tahun 2000, ia mulai memasuki GP250 secara penuh setelah bergabung dengan AXO Honda Gresini. hasilnya cukup bagus, ia berhasil meraih peringkat ketiga dunia dengan raihan 259 poin 4 kali juara seri yakni di sirkuit Suzuka(Jepang), sirkuit Estoril(Portugal), sirkuit Nelson Piquet(Brasil), dan sirkuit Motegi(Jepang). 

Tahun 2001, ia berhasil meraih gelar juara dunia GP250 bersama Telefonica Movistar Honda dengan membesut Honda NSR250 dengan nomor lambung 74. Ia berhasil membukukan 11 kemenangan dari 16 seri yang diperlombakan dengan raihan 322 poin. Tahun 2002 ia pindah ke kelas MotoGP, bergabung dengan tim Fortuna Honda Gresini dan mengendarai Honda NSR 500 ia mampu menyaingi pembalap pabrikan Honda dan pabrikan lainnya yang menggunakan motor 4 tak 990 cc. Di pertengahan musim ia mendapat jatah Honda RC211V 4 tak 990 cc, dan langsung meraih posisi kedua di sirkuit Brno GP Ceko. 

Pada musim 2003, ia membalap dengan sponsor baru yakni Telefonica Movistar Honda dengan membesut RC211V secara penuh. Pada seri pembuka di sirkuit Suzuka inilah, tragedi tragis itu terjadi. Didepan para fansnya sendiri, Kato menghantam pagar pembatas Suzuka dikecepatan 200km/jam..padahal lap baru menginjak 3 putaran. Menurut beberapa saksi mata Kato kehilangan kendali Honda RCV Telefonica. Secara tajam motor meluncur kekiri sehingga menabrak pagar pembatas. Saking kencangnya  tubuh pembalap Jepang tersukses setelah Tetsuya Harada tersebut terpental hingga keluar lintasan melewati tembok pengaman. Pasca jatuh….Kato tidak pernah bergerak, koma  tak sadarkan diri. Leher patah, kepala luka dalam serta dada retak membuatnya menjalani perawatan intensif. 

Berkat jantungnya yang kuat sebagai atlit berfisik prima pelan tapi pasti kesehatan Daijiro Kato mengalami peningkatan pesat. Namun sayang…kerusakan tulang belakang tidak memperbolehkan dia sembuh secara sempurna.  Setelah dua minggu berjuang melawan cedera berat yang diderita…..Kato menyerah. Tuhan memanggil pemuda berbakat negeri matahari terbit tersebut. Akibat dari tragedi tragis itu, Dorna selaku promotor MotoGP mempensiunkan nomor 74 milik Daijiro Kato dan mencoret sirkuit Suzuka dari daftar sirkuit penyelenggara MotoGP di tahun berikutnya sehingga hanya menggunakan sirkuit Motegi yang dianggap lebih aman. 

6.Shoya Tomizawa (10 Desember 1990 - 5 September 2010)

Shoya Tomizawa merupakan pebalap motor profesional asal Jepang yang berhasil meraih kemenangan di kelas Moto2 pada GP Qatar pada bulan April 2010. Memulai karier profesionalnya di turnamen nasional All Japan Road Racing Championship, Lelaki kelahiran Asahi City, Perfektur Chiba ini melanjutkan karier di kelas 250cc pada tahun 2009 lalu dilanjutkan di kelas baru Moto2 di tahun 2010. Sayang banget nih, bro 'n sis, Tomizawa tewas dalam balapan GP San Marino 2010 setelah ia terlibat kecelakaan fatal dengan Scott Redding dan Alex de Angelis. Tomizawa dinyatakan meninggal dunia oleh dokter di rumah sakit di Riccione Italiapada pukul 14.15 waktu setempat atau 19.15 WIB. Sekali lagi, Jepang kembali kehilangan putra harapannya di arena balap roda dua. 

7. Marco Simoncelli (20 Januari 1987 - 23 Oktober 2011)

Marco Simoncelli adalah pebalap motor profesional asal Italia, dan cukup terkenal karena karakternya yang cukup garang di arena balap. Gaya garangnya mulai terlihat di seri terakhir MotoGP di Valencia pada tahun 2010 yang nyaris mengakibatkan Jorge Lorenzo terjatuh dan gagal meraih kemenangan di seri terakhir musim itu. Simoncelli mengawali kariernya di dunia balap motor profesional, ketika ia menginjak usia 9 tahun di ajang Italian Minimoto Championship. Tahun 2001 ia pun hengkang ke ajang European 125cc dan mengamankan titel juara pada tahun 2002. Pada tahun 2002, pria kelahiran Cattolica ini naik ke kelas GP125, namun ia hanya bisa meraih hasil terbaik di posisi kelima di tahun 2005. Naik kelas ke GP250 ia menjadi satu-satunya pebalap tim Gilera yang mampu menunjukkan hasil terbaik di ajang tersebut dengan meraih gelar juara dunia di tahun 2008. Hasil ini membuat tim Honda Gresini tertarik untuk merekrutnya di ajang MotoGP pada tahun 2010 lalu. Ia pun mampu memperlihatkan hasil yang bagus sebagai pembalap rookie. Hasil terbaik yang bisa ditorehkan oleh pembalap asal Italia itu, adalah posisi keempat di MotoGP Portugal 2010. 

Pebalap dengan julukan "Super Sic" ini meninggal dunia di Sirkuit Internasional Sepang pada tanggal 23 Oktober 2011 karena kecelakaan yang dialaminya saat GP Malaysia 2011. Simoncelli terlibat kecelakaan bersama Colin Edwards dan Valentino Rossisaat berada di posisi keempat pada putaran kedua. Simoncelli terjatuh ketika sedang berbelok di tikungan ke-11 Sirkuit Sepang dan tertabrak oleh motor Edwards. Edwards juga terjatuh namun hanya mengalami patah tulang bahu, sementara Simoncelli berbaring diam di lintasan sesaat setelah kecelakaan dengan helmnya terlepas dalam insiden itu. Sementara itu, Rossi hanya sedikit kehilangan keseimbangan dan dapat melaju pelan ke pit-stop. Setelah insiden tersebut, perlombaan dihentikan dan Simoncelli langsung dibawa ke pusat medis Sirkuit Sepang. Pada pukul 16.56 waktu setempat, Simoncelli dinyatakan meninggal dunia karena luka serius yang dideritanya.

8. Jules Bianchi ( 3 Agustus 1989 - 17 Juli 2015)

Jules Bianchi merupakan seorang pebalap Formula 1 (F1) asal Perancis. Ia bergabung dengan tim Marussia F1 sebagai pebalap tetap. Jules pernah bergabung dengan Scuderia Ferrari F1 sebagai anggota pengembangan pebalap muda. 

Sayangnya karier balapnya justru berakhir tragis di usia muda, yakni 25 tahun. Kejadian naas itu terjadi pada 5 Oktober 2014 saat gelaran GP Jepang di sirkuit Suzuka, Jepang. Sepanjang balapan, Jules kehilangan kendali atas mobilnya dalam kondisi yang sangat basah dan bertabrakan dengan alat berat yang tengah mengevakuasi mobil Adrian Sutil yang mengalami kecelakaan sesaat sebelumnya. Ia menderita cedera aksonal difus. Setelah tiba di sebuah rumah sakit lokal dengan ambulans, Bianchi menjalani operasi dan mengalami kondisi koma. Ia kemudian dipindahkan ke sebuah rumah sakit di Perancis, di mana ia tetap koma sampai kematiannya pada tanggal 17 Juli 2015.Jules Bianchi menjadi korban pertama dalam kecelakaan tragis F1 di era modern setelah Ayrton Senna di tahun 1994. 














Komentar

Postingan Populer